Waktu bergulir
seperti mimpi. Tiga setengah bulan dalam peraduan penantian rasanya terasa
berlalu setelah menginjakkan kaki dan berada di Gedung Wiyata Mandala P3G
Unesa, gedung yang selama ini menjadi pijakan ilmu bagi kami, para peserta PPG
SM-3T Unesa.
Pendidikan
Profesi Guru (PPG) yang selama ini digembar-gemborkan dan diinginkan oleh
sebagian besar kaum guru di Indonesia. Kamilah pioner. Kamilah angkatan pertama
yang mengikuti program PPG, kamilah perintis The Agent of Changes dari Unesa angkatan Ki Hajar Dewantara 2013.
Hampir dua bulan
berselang dengan rutinitas yang monoton seringkali meraba pikiran untuk
berbisik “jenuh.” Namun, sepertinya bulan dan pekan ini akan menjadi bulan yang
berbeda dengan bulan-bulan yang lalu. Ada kegiatan lain yang sedikit menghibur
rasa jenuhku. Sayup-sayup terdengar oleh telinga tentang kabar itu.
“TIDAAAKKKK…!!!”
Kata-kata itu seketika
terucap olehku saat mendapat kabar dari teman satu kamar. Aku diikutsertakan
pada lomba futsal, seluruh peserta yang mengikuti berasal dari penghuni asrama
putri Unesa itu sendiri. Lomba ini diselenggarakan dalam rangka memeriahkan Hari
Kartini yang jatuh pada 21 April. Bagaimana bisa Aku diikutsertakan dalam lomba
tersebut, padahal secara skill, Aku
tak memiliki bakat sedikit pun dalam olah raga yang membutuhkan keahlian kerja
sama tim, bahkan untuk menendang sekalipun.
“Tapi Aku nggak
bisa sama sekali olah raga ini, Ir,” seruku.
“Alahhhh, nggak
apa-apa, Mbak. Yang penting ikut berpartisipasi aja udah cukup kok. Teman-teman
yang lain juga sama, kok.”
“Ehmmm, yaweslah…” pasrahku.
Satu kabar belum
sempat membuat nafasku mengalir lega, sudah dapat kabar yang lainnya bahwa
dalam lomba tersebut ada peraturan permainan yang cukup meggelikan.
“Apa
peraturannya?” tanyaku.
“Pake sarung,
Mbak!”
“Glodaaakkkk,”
jawabku.
“Siapa saja yang
ikut main dari tim kita?” tambahku.
“Aku, Mbak Fita,
Dek Ani, ada lagi dua anak dari Manado, kok.”
“Okelah, kalau
memang tantangannya seperti itu ya hajjarrr saja, hahaha,” cobaku menghibur
diri.
Sebenarnya lomba
ini cukup menarik. Apa lagi untuk mengisi kejenuhan dari rutinitas yang setiap
hari dijalani. Jarang pula ada acara unik seperti ini. Setiap hari, kami para
peserta PPG SM-3T Unesa harus mengikuti workshop
dengan jadwal yang monoton. Mulai dari pukul 07.00 WIB kami harus memulai apel
pagi, 08.00 WIB hingga 16.30 WIB dilakukan workshop.
Begitu setiap harinya. Untung saja Sabtu pagi dilakukan senam aerobic. Setidaknya bisa mengusir sejenak
penat yang selama beberapa hari tertumpuk. Belum lagi setelah kegiatan senam aerobic dilanjut kegiatan pramuka (yang
notabene adalah kegiatan favoritku semenjak SD) hingga pukul 10.00 WIB. Usai
kegiatan pramuka, selepas makan siang pun kami khususnya yang berasal dari
jurusan Bahasa Indonesia harus melakukan satu rutinitas lagi, kegiatan jurusan
hingga sore hari. Free yang
benar-benar dikatakan free day itu ada di hari Minggu. Hari Minggu ini
kumanfaatkan untuk mencuci, menyetrika, bersih-bersih kamar bersama teman
sekamar, dan masih banyak kegiatan lain yang kami lakukan di asrama. Tugas?
Jujur saja untuk tugas yang harus dilakukan hari Senin sama sekali tidak Aku
sentuh. Yah, Minggu benar-benar Aku manfaatkan sebagai hari bebas, membebaskan
otakku pula dari kepenatan. Tugas workshop
yang dijadwalkan hari Senin dan hari-hari lainnya akan Aku kerjakan sesuai
jadwal hari itu, sehingga waktu untuk istirahat juga benar-benar kumanfaatkan
untuk istirahat.
-----
Jendela
cakrawala yang masih setengah terkatup terpaksa harus terbuka lebar saat itu
juga. Namun, Lantunan melodi seakan sirna pagi ini. Dentingan irama pagi seolah
bertapa menaungi keremajaan hari.
Saat hari
perlombaan yang ditunggu-tunggu pun tiba, secara tiba-tiba anak dua Manado yang
berada di sebelah kamarku tidak ada kabar, pintu berulang kali diketuk pun tak
ada jawaban. Alhasil, tim kami pun kekurangan personel. Cukup tenang karena kekecewaan
itu tak berjalan lama, ada dua teman kami yang secara sukarela ikut memeriahkan
hari ini. Nurul, Peserta PPG SM-3T dari Jurusan Sejarah dan Nanda, seorang
mahasiswa semester 2 dari jurusan PGSD. Akhirnya, lengkap juga tim kami yang
beranggotakan Aku, Irma, Dek Ani, Nurul, dan Nanda. Ya, tim dari lantai 2 Timur
akan beraksi.
Kami tidak
mengharap kemenangan. Ikut bermain saja sudah lebih dari cukup, agar blok
lantai 2 sebelah Timur tidak dihantui rasa malu karena tidak ada yang bermain.
Walau tak ada supporter tak apa. Tak jadi
masalah.
Pada
pertandingan kali ini, tim kami melawan tim dari Mimin dkk. yang berasal dari lantai
3. Adu tendang tanpa keahlian pun terjadi. Tim kami bisa memasukkan gol di
gawang lawan sebanyak dua kali. Satu yang menjadikanku senang karena yang memasukkan
gol adalah Aku sendiri. Ya, Aku yang tidak memiliki skill apa-apa bahkan keahlian menendang. Jadi, kupikir itu adalah
gol keberuntungan. Tim kami lolos dari babak pertama dengan kemenangan 2-0. Diakhir
pertandingan, baru kuketahui bahwa Nanda yang berperan sebagai penjaga gawang
terkilir pada bagian tangannya ketika akan menangkap bola dari tendangan lawan.
Untung ada Mas Satria yang menolong untuk memijat tangannya, sehingga tim kami
bisa lanjut pada pertandingan berikutnya.
Pertandingan
semi final, tim kami harus beradu dengan tim Endang dkk. yang berasal dari
lantai tiga bagian Timur juga. Pada babak ini, Dek Ani digantikan oleh pemain
bernama Vallen, peserta PPG SM-3T dari jurusan matematika yang berasal dari
Manado. Kebahagiaan yang tak dinyana pun terjadi lagi, dua gol berhasil
kumasukkan ke gawang lawan dan satu gol tercipta dari tendangan vallen.
Meskipun terjadi gol bunuh diri dari tim kami yang mengakibatkan hasil akhir
3-1. Yah, kemenangan lagi bagi tim kami.
Babak yang
terakhir akan segera dihadapi. Sembari menunggu babak terakhir tiba, kami pun
mengamati gerak lawan kami dalam semi final. Mereka sungguh tangguh, lagi-lagi
hanya keberuntungan jika kami benar-benar menang. Secara teknik mereka lebih
unggul dari pada kami.
“Yah, tak
apalah, toh hanya untuk berpartisipasi saja,” batinku.
Tak dipungkiri, musuh
kami yang paling berat berasal dari tim Timi dkk. Peserta terberat pula bagiku
untuk si Timi ini, dia mahasiswa Unesa jurusan olah raga semester 2, dari kamar
lantai 4. Permainannya sangat gesit juga brutal, kasar menurutku.
“Wah, jika tak
diimbangi seperti itu bisa-bisa tim kami hancur,” pikirku.
Aku hanya
berharap kemenangan ada di pihak tim kami. Bukan karena kami ingin menang sebab
sebelum kami bermain pun tidak ada niatan untuk menang. Hanya saja, jika tim
mereka yang menang, Aku merasa akan timbul rasa congkak pada Timi. Tujuanku
untuk menang kali ini hanya agar tim mereka rendah hati dan tidak sombong.
Sontak dalam
pertandingan final itu, Aku pun bermain habis-habisan meengimbangi Timi yang
berhadapan langsung denganku. Pada tengah pertandingan, tiba-tiba kaki nurul
terkilir dan secara terpaksa harus digantikan. Karena tidak ada personel lain,
kami meminta bantuan Admi untuk menggantikan Nurul. Karena sudah tidak ada
pemain cadangan yang lain, Admi terpaksa kami minta untuk menggantikan posisi
Nurul. Admi adalah mahasiswa Unesa semester 2 dari jurusan PGSD.
Hingga detik
terakhir kadua tim masih belum bisa memecahkan telur bundarnya. Tetap diangka
nol. Sungguh akhir yang sulit. Semakin sulit dan asa kami sempat terputus. Adu
pinalti pun dilakukan. Dua tendangan dari masing-masing pun belum mampu memecah
riuh kemenangan, hanya seru para penonton yang terdengar semakin menegang.
Giliran kami berikutnya yang mendapat kesempatan untuk menendang pinalti.
Sempat terhenti sejenak napasku tertahan, dan akhirnya kemenangan itu menjadi
milik tim kami.
“YYYEEeeeeeeeee………..!!!!!!!!!”
seru kami bersamaan.
Alangkah
bahagianya, bahagia bukan karena menang, melainkan bahagia karena setelah ini
kami tidak harus bertanding lagi. Letih yang kami rasa karena bermain tiga
ronde sekaligus melawan tiga tim dalam setengah hari.
Setelah
penyerahan hadiah dan aksi foto bersama pun usai, kami segera kembali ke
asrama. saking gembira dan tak terasa seharian berpanas-panas ria, secara tak
sadar kami pun melegam.
“Tak apa, hanya
satu kali ini,” redamku.
Niat yang sedari
awal hanya ingin berpartisipasi saja ternyata harus terbayar dengan kemenangan
yang tak dinyana-nyana. Namun kemenangan ini juga sedikit membuatku bahagia
karena setidaknya tidak ada oknum yang semakin bertingkah. Yang lebih membuatku
berkesan adalah “5.” Angka lima yang selama ini Aku favoritkan pun ikut
memeriahkan top scoreku memasukkan
bola ke gawang lawan.
-----
Tidak ada komentar:
Posting Komentar